KamtibnasPembangunanVISI DAN MISI

BELAH KAYU DOLI DI DISTRIK ILU, MASYARAKAT DAN PIHAK BERTIKAI SEPAKAT DAMAI

Ilu-Bertolak dari Mapolres Puncak Jaya, rombongan Muspida bersama aparat keamanan bertolak menuju Distrik Kalome dan Ilu guna Acara adat *belah kayu doli* dalam rangka menengahi dan menyudahi pertikaian pasca pelantikan kepala kampung tgl 23 juli 2018 di Mulia. Pihak yang bertikai sendiri adalah pihak atas (kepala air) dan pihak bawah area (muara) yang masih berseteru. Pasalnya adalah masih ada oknum yang tidak puas dan masih memprovokasi keadaan dgn mengganggu kubu yang sudah tenang. Imbas dari seteru, jatuh korban materil bahkan jiwa yang berimplikasi pada lumpuhnya aktivitas masyarakat di Ilu dan sekitarnya. Jumat (2/11)
Rombongan Muspida yakni Bupati Puncak Jaya Yuni Wonda, S.Sos, S.IP, MM, Wakil Ketua II DPRD Mendi Wonerengga, Wakil Bupati Deinas Geley, S.Sos, M.Si, Kapolres AKBP. Ary Purwanto bersama Ibu, Dandim 1714/PJ Letkol Inf. Akmil S.M Darmawi, Plt. Kepala BPBD Matius Kiwo, Kapolsek Ilu, Danramil Ilu serta perwira TNI/Polri.
Sejak tiba di Ilu pkl. 12.00 WIT rombongan Muspida masih menunggu berkumpulnya masyarakat dari kedua belah pihak yang bertikai. Tepat pkl 14.20 WIT acara dimulai yang dipandu Sekwan, Daud Wendamili. Acara dilanjutkan doa oleh gembala Dik Kogoya yang menerangkan kata “doli” artinya rujuk atau damai dalam kata belah kayu doli.
Dalam acara belah kayu doli yg digelar di lapangan terbuka, nampak ada sebuah gerbang/gapura sederhana yg dibuat dari anyaman kayu dan daun yang nantinya menjadi portal antar kedua belah pihak yang akan berdamai menyerahkan seserahan. Ada yang unik bagi orang awam, saat kedua sisi berjumlah 10 org dgn berpenampilan perang (melabur wajah dgn arang, bulu kasuari membawa panah dan berkalung taring babi) maju merapat sambil membawa anak babi. Masing2 Kedua pihak langsung memanah sang babi kecil sembari serah terima ke pihak seberang disaksikan Muspida, aparat keamanan dan masyarakat yang antusias. Anak babi yg dipanah adalah simbol korban terakhir yg tidak boleh ada korban lagi diantara mereka. Prosesi ini merupakan win win solusi permufakatan yg masih digunakan sbg kearifan lokal budaya dan adat istiadat lembah yamo sampai hari ini.
Momen krusial selepas itu, dilanjutkan dengan saling bertukar tempat melewati portal kayu doli berjarak 5 meter sembari meludah menandakan bahwa mereka telah bersepakat. Ritual selanjutnya yang lebih mengharukan kedua belah pihak yang bertikai selama 3 bulan lebih berangkulan. Sontak suasana menjadi haru biru, diiringi isak tangis dari saudara dan keluarga yg kembali berdamai setelah berseteru. Bupati, Wabup dan Wk.II DPRD dan semua yg hadir spontan juga ikut berangkulan melepas ekspresi haru ditengah kedua belah pihak seolah berkata *Selesai sudah derita karena perang ini, kita sudah berdamai dan saatnya kita kembali menata yang sirna, lupakan dendam dan luka yg sudah terjadi*.
Selepas belah kayu doli, meja kesepakatan telah disiapkan untuk menandatangani Berita acara kesepakatan damai khusus untuk wilayah ilu dan sekitarnya. Didampingi Kasat Pol PP Herman Wanma dan Kabag Humas Setda Akbar Fitrianto, masing masing dari kedua pihak sebanyak 15 orang dan ditutup oleh tanda tangan Bupati bersama Muspida disaksikan tokoh agama.
Ada 3 poin penting yang disepakati yakni : 1. Menghentikan pertikaian dan perang dlm bentuk apapun, 2. Saling bekerjasama dan menjaga untuk situasi kondusif, 3. Apabila terjadi tindak pidana yg dilakukan oleh perseorangan, maka akan dipertanggungjawabkan secara pribadi tanpa melibatkan suku, marga atw wilayah, 4. Melakukan perdamaian adat belah kayu doli, apabila ada yg melanggar akan ditindak sesuai hukum berlaku di NKRI.
Ditengah kesepakatan tidak sedikit dari perwakilan yang berkomentar mengungkapkan rasa bahagia sampai ungkapan penyesalan dari konflik yang merenggut korban jiwa, luka2 sampai rumah dan kebun yang terbakar. Yang disayangkan dari momen ini adalah, 7 orang dari salah satu kubu tidak hadir menyepakati kesepakatan damai itu.
Kapolres AKBP. Ary Purwanto dalam arahannya menyampaikan bahwa “konflik telah menyebabkan korban yg banyak, dan itu tidak dibenarkan oleh hukum, namun hari ini kita telah belah kayu doli dari kalome sampai Nioga telah bersepakat untuk damai, dendam masa lalu telah kita kubur dan mari kita sama2 membangun, apalagi Bupati adalah suku asli Puncak Jaya” tegas Ary. Aparat Polri pun telah siap mendukung pembangunan di Puncak Jaya.
Ditempat yang sama, Dandim 1714/PJ, Letkol Inf. Akmil Satria Marthayuda menyampaikan bahwa “sekarang panah dan parang sudah harus ditanggalkan berganti dengan alat tani, untuk tanam kopi, buah merah dsb. Jangan ada lg pertikaian, klo perang terus tidak ada pembangunan, saya dan kapolres sepakat untuk mendukung pembangunan.”Ungkap Dandim.
Wakil ketua II DPRD, Mendi wonerengga mengungkapkan terima kasih kepada masyarakat serta kekecewaan yg ditujukan kepada unsur klasis Yalu karena dalam proses damai hari ini tidak berpartisipasi. “Ini jg harus ada tanggung jawab gereja yaitu klasis Yalu, tapi hanya satu gembala sj yg ada” ungkap Mendi.
Selepas penandatanganan Berita Acara belah kayu doli, salah seorang perwakilan dari Pihak Pertama, Dolingga Kogoya memberikan ungkapan apresiasi kepada pemerintah daerah. “Kami sdah capek dgn perang, anak- anak kami tdk bersekolah, mau ke kebun tdk aman, hari ini sdh lakukan belah kayu doli dan damai” ungkap Dolingga. Menindaklanjuti perdamaian ini masyarakat dari pihak pertama meminta dari bupati untuk melakukan acara bakar batu perdamaian yang waktu dan pengaturannya harus adil dan merata.
Ditambahkan oleh perwakilan dari Pihak kedua, Dekiles Wonda menuturkan “kami sudah lakukan (belah kayu doli) hari ini dan sepakat berhenti. Kalau ada yg mulai lagi berarti itu masalah lain, minggu depan sudah harus ada perdamaian, lebih cepat lebih baik.”tutur Dekiles.
Sebagaimana yang diketahui dalam upacara adat untuk penyelesaian masalah perang suku bahwa belah kayu dol merupakan pondasi awal menuju kata damai, setelah itu masih harus dilakukan upacara bakar batunya. Hal senada ditegaskan pula oleh absen Wonda selaku tetua adat di Ilu.
Bupati Puncak Jaya, Yuni wonda dalam sambutannya menegaskan bahwa dengan peperangan yang telah terjadi, pemerintah dan masyarakat sangat dirugikan dgn peristiwa ini. Semua proses pembangunan dan roda pemerintahan terhenti.
“Kami pemda, ada karena masyarakat, butuh masyarakat, Dalam pengambilan keputusan tdk ingin ada yg jadi korban. Kami mengucap syukur dan terima kasih kepada kedua pihak atas belah kayu doli ini dan jgn ada lagi terulang kembali, jangan pula setiap masalah sampai ke proses hukum karena proses hukum tdk semudah yg kita bayangkan butuh waktu yang lama. Kita jgn dengar provokator yg manfaatkan kesempatan dan tdk bertanggung jawab karena semua masalah desa kembali menjadi kewenangan Bupati.” Jelas Yuni.
Bupati juga mengaskan bahwa persoalan keamanan adalah tanggung jawab semua pihak dan disinggung terkait rotasi jabatan merupakan hal biasa dlm dinamika pemerintahan. “Apa yg kita lakukan dampaknya bukan ke kabupaten lain tapi kita sendiri yg rasakan. Kalau masih terjadi kita sendiri yang susah. Saya sebagai anak asli daerah bukan orang lain jadi mau harap siapa lagi. Soal Mutasi pejabat adalah hal yg biasa jgn sampai ada yg tdk terima keputusan berusaha mempengaruhi masyarakat utk melakukan hal2 yg merugikan masyrakat itu sendiri.” Beber Yuni.
Bupati juga menegaskan bahwa “Pemilukada sdh selesai, jgn ada lg cerita masalah pilkada kemarin, sejarah akan mencatat belah kayu doli hari ini adalah rencana Tuhan, jd proses selanjutnya utk penyelsaian konflik saya tdk mau menunggu lama lagi. Dijelaskan terkait tindak lanjut perdamaian Yuni mengungkapkan bahwa “Tanggal 15 november 2018 nanti di tempat ini kita upacara perdamaian, krn sy tdk mau berlarut2. Untuk Kedua belah di Ilu dan sekitarnya pemda bantu masing 500jt.” Terang Yuni disambut tepukan meriah yang hadir.
Bupati jg menegaskan oknum yg belum menandatangani BA damai untuk segera menandatangani perdamaian. “Saya perintahkan kepada koramil dan polsek utk menjemput mereka tanda tangan kesepakatan damai, kami yg ada sudah sepakat kalau mereka melawan sudah berurusan dgn hukum” tegas Bupati. Dibawah semangat Abelom eruwok, semua pihak sepakat untuk menyudahi konflik ini.
Selepas dari Ilu, Bupati dan rombongan bertolak ke kalome untuk penyelesaian konflik serupa yang direncanakan dihelat besok mengingat hari sudah malam. Dalam perjalanan hujan deras mengguyur rombongan yang menurut masyarakat adalah hujan berkat bahwa alam menerima ini setelah berminggu minggu belum ada hujan.
(Humas Puncak Jaya)

Related Articles

Leave a Reply

Back to top button